TIMES SUBANG, PONOROGO – Grebeg Suro adalah tradisi budaya tahunan di Ponorogo yang berfungsi sebagai transmisi dan konservasi budaya. Hal tersebut ditegaskan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Selasa (17/6/2025)
Menurut Bupati Sugiri Sancoko, sebagai transmisi budaya, Grebeg Suro menjadi sarana pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda melalui berbagai kegiatan.
"Seperti Festival Nasional Reog Ponorogo, Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa. Acara ini tidak mempertahankan tradisi, tetapi juga memperkenalkan budaya Ponorogo ke tingkat nasional dan internasional," ucapnya.
Dalam aspek konservasi budaya, Bupati Sugiri Sancoko juga menjelaskan, bahwa Grebeg Suro berperan dalam menjaga eksistensi kesenian Reog Ponorogo yang sudah menjadi warisan budaya tak benda dunia.
"Grebeg Suro berperan menjaga kelestarian kesenian Reog Ponorogo. Dan kami bersama masyarakat Ponorogo berupaya mempertahankan tradisi Reog Ponorogo sekaligus menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar tetap relevan," jelasnya.
Tahun ini Grebeg Suro mengusung konsep futuristik, memadukan teknologi digital dengan elemen budaya untuk menarik minat lebih luas.
"Dengan perpaduan antara pelestarian dan inovasi, Grebeg Suro akan terus menjadi simbol lebanggaan budaya Ponorogo yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang," tukas Bupati Sugiri Sancoko.
Grebeg Suro 2025 menurut rencana akan dibuka langsung Bupati Sugiri Sancoko, Selasa (17/6/2025) malam, dan akan berlangsung hingga tanggal 27 Juni 2025.
Ratusan acara telah disiapkan oleh Panitia Besar Grebeg Suro, termasuk yang menjadi ikon Grebeg Suro Festival Nasional Reog Ponorogo. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bupati Ponorogo: Grebeg Suro Berfungsi Sebagai Transmisi dan Konservasi Budaya
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |